Opini  

Tenun Sekomandi, Ikon Budaya Mamuju Menuju Panggung Internasional dan Penggerak PAD

Oleh: Muhammad Yusuf, SH., MH – Pemerhati Budaya Mamuju, Sulbar

Tenun Sekomandi adalah warisan budaya yang tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga menyimpan potensi ekonomi dan wisata yang luar biasa. Kain tradisional asal Kalumpang, Mamuju, ini telah berusia lebih dari 500 tahun dan tetap lestari berkat ketekunan para penenun yang menjaga tradisi turun-temurun.

Namun, di balik keindahannya, ada tantangan besar: bagaimana menjadikan Sekomandi bukan sekadar simbol budaya, tetapi juga kekuatan ekonomi nyata bagi masyarakat dan daerah.

Kunjungan Wamenpar: Momentum atau Sekadar Seremonial?

Pada 27 Agustus 2025, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa, yang juga dikenal sebagai Ni Luh Enik Ermawati, berkunjung ke Rumah Tenun Sekomandi di Mamuju. Beliau menegaskan pentingnya menjaga kelestarian Tenun tersebut5

Sekomandi sebagai warisan budaya sekaligus daya tarik wisata berbasis komunitas.

Pernyataan ini tentu menggembirakan. Tetapi, publik patut bertanya: apakah kunjungan ini hanya sebatas seremoni, atau benar-benar akan berlanjut dalam bentuk program konkret, seperti fasilitasi akses pasar, insentif UMKM, hingga perlindungan kekayaan intelektual?

Baca Juga  Janji Manis, Obyeknya PPPK Sampai Pensiun. Apa itu P3K ?

Peran dan Nilai Tenun Sekomandi

Warisan Budaya: Lebih dari 500 tahun, sarat filosofi, dan mengandung nilai spiritual masyarakat Kalumpang.

Produk Unggulan: Identitas dan kebanggaan masyarakat Mamuju yang mulai menembus pasar nasional hingga internasional.

Daya Tarik Wisata: Berpotensi menjadi magnet wisata budaya berbasis komunitas.

Potensi Go Internasional: Antara Peluang dan Risiko

Tenun Sekomandi memiliki daya tarik global. Motif khas, pewarnaan alami, serta teknik tradisional menjadikannya unik di mata dunia. Tren global terhadap produk etnik dan ramah lingkungan membuka peluang besar bagi Sekomandi untuk masuk ke pasar fashion, dekorasi, hingga koleksi budaya dunia.

Namun di sisi lain, tanpa regulasi dan perlindungan hukum yang kuat, motif dan teknik Sekomandi rawan ditiru dan diklaim pihak asing. Sejarah sudah membuktikan, banyak warisan budaya Nusantara yang akhirnya dipatenkan negara lain karena kita lengah.

Baca Juga  Akun Facebook "Santi Mo" Akan Dilaporkan Ke Polres Majene Atas Pencemaran Nama Baik, Pihak Kepolisian Diminta Tegas Jelang Pilkada 2024

Sekomandi sebagai Sumber PAD: Realita atau Wacana?

Selain menjadi simbol identitas, Tenun Sekomandi juga bisa menjadi penggerak Pendapatan Asli Daerah (PAD):

  1. Pariwisata Budaya: Wisatawan dapat menyaksikan langsung proses menenun dan membeli produk autentik.
  2. Industri Kreatif: Motif Sekomandi dapat diterapkan pada produk turunan seperti tas, sepatu, dan interior rumah.
  3. Sertifikasi & Branding: Perlindungan kekayaan intelektual dan branding resmi akan meningkatkan daya saing di pasar global.

Tetapi hingga kini, kontribusi nyata Sekomandi terhadap PAD masih minim. Pemerintah daerah perlu berani mengeluarkan kebijakan afirmatif: alokasi anggaran khusus, kemudahan izin usaha, hingga promosi berskala nasional dan internasional. Tanpa itu, potensi hanya akan berhenti pada tataran wacana.

Langkah Strategis

Untuk mewujudkan visi besar, beberapa langkah strategis mutlak dilakukan:

Baca Juga  Cerita Rakyat: Anjing dan Kucing Bersepupu

Digitalisasi dan promosi global melalui e-commerce dan media sosial.

Regenerasi penenun muda agar tradisi tetap hidup.

Kemitraan dengan desainer dan sektor swasta untuk inovasi produk.

Festival budaya tahunan dengan Sekomandi sebagai ikon utama.

Perlindungan hukum dan insentif bagi pelaku industri tenun lokal.

Penutup

Tenun Sekomandi bukan hanya milik Kalumpang atau Mamuju, tetapi milik Indonesia. Kini saatnya menjadikan Sekomandi sebagai ikon budaya global yang tidak sekadar mengharumkan nama daerah, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, mimpi besar ini tidak akan terwujud jika pemerintah daerah hanya berhenti pada narasi indah tanpa langkah nyata. Dibutuhkan komitmen, keberanian regulasi, serta sinergi pemerintah–masyarakat–pelaku usaha.

Jika semua pihak serius, Tenun Sekomandi bisa benar-benar menembus panggung dunia—bukan hanya sebagai simbol budaya yang hidup, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *